Indonesia Merdeka dan Peranan Orang-Orang Komunis di Panggung Politik Indonesia
Pasca kemerdekaan, kehidupan politik dicoba kembali dibangun oleh pemerintah Indonesia. Partai-partai berlomba-lomba untuk mendapatkan hegemoninya, begitu juga PKI. Ketika pemerintah mengajurkan pendirian partai-partai, Mr. Jusuf si mister gendeng menggunakan kesempatan ini untuk membangun PKI secara legal. Pada 21 Oktober 1945, PKI Jusuf secara resmi didirikan dengan komposisi pengurus sebagai berikut :
Ketua : Mr. Jusuf
Sekretaris : Mr. Suprapto
Sek. II/Bendahara: Likasi Ali Kasim
Komisaris : Moh. Sain, Hamid Papatih, Jalil, Hamid Soetan
PKI legal Jusuf mendapat sambutan yang cukup meriah di daerah-daerah. Sampai akhir 1945, PKI dengan mulus membuka cabang di Sukabumi, Cirebon, Solo, Pekalongan, Madiun, Malang dan Surabaya. Mereka menerbitkan majalah Bintang Merah dengan oplah 3.000 eksemplar.
Menurut Ruth Mcvey dalam bukunya Munculnya Komunisme di Jawa, Jawa Timur adalah basis terkuat PKI saat awal terbentuknya di tahun 1945. Tjugito dan Sudisman yang bekerja ekstra keras disana setelah keluar dari penjara Surabaya. Pada 6-10 February 1946, PKI mengadakan kongres pertama setelah proklamasi di Cirebon dan dihadiri 3.000 peserta. Sejak Jusuf mendirikan PKI, diiringi pula dengan pembentukan Laskar Merah. Laskar ini sangat amuk-amukan dan melakukan serangan-serangan terhadap Tentara Rakyat Indonesia (TRI) di berbagai daerah. Pada Desember 1945, Peristiwa Tiga Daerah yang dipimpin Widarta melakukan putch di Pekalongan, Brebes dan Tegal. Selain itu Jusuf pun ikut terjun bersama Laskar Merah di Cirebon pada 12 Februari melawan TRI dengan tujuan mengambil kekuasaan diseantero Cirebon. Hal itu membuat Jusuf ditangkap. Salah satu tindakan bunuh diri. Mister gendeng telah tutup buku dalam perjalanan politiknya bersama PKI. Sedangkan Widarta yang memimpin Peristiwa Tiga Daerah, dihukum mati oleh CC PKI karena dinilai melakukan pelanggaran dan tindakan indisipliner.
Pada Maret 1946, simpatisan PKI yang aktif di Australia dulu mulai berdatangan ke Indonesia. Sardjono dan kawan-kawan langsung merebut tampuk posisi penting kepengurusan yang ditinggal Jusuf. Pada Maret 1946, terbentuk lagi CC PKI yang baru, antara lain :
Ketua : Sardjono (Grup Sibar)
Wakil : Alibasah Winata (mantan ketua PKI 1924)
Sekretaris I : Soekiman (PKI Tegal 1920-an)
Sekretaris II : Likasi Ali Kasim (Grup Jusuf)
Setelah Sardjono memimpin kembali, dia mencanangkan arah politiknya. Dia setuju dengan pandangan Sjahrir, bahwa setiap partai harus membentuk Front Nasional guna memperkuat Republik Indonesia. Selanjutnya, PKI turut serta dalam pembangunan politik yang dicoba pemerintah menggunakan system parlementer. Posisi PKI semakin kuat dan semakin besar anggotanya. Hingga pada 1948, kedatangan Musso menjadikan PKI lebih radikal dan amuk-amukan layaknya tokoh gaek tersebut.
Daftar Pustaka
Edman, Peter. 2005. Komunisme Ala Aidit. Center for Information Analysis
Mortimer, Rex. 2011. Indonesian Communism Under Soekarno. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
McVey, Ruth. 2010. Awal Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta : Komunitas Bambu
Seri Buku Tempo. 2010. Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara. Jakarta : KPG
Poeze, Harry Albert. 2011. Madiun 1948 PKI Bergerak. Jakarta : KITLV
Subhan. 1991. Gerakan Komunisme di Indonesia. Jatinangor : Skripsi
Roosa, John. 2008. Dalih Pembunuhan Massal. Jakarta : Hasta Mitra
Seri Buku Tempo. 2010. Njoto, Peniup Saxofon di Tengah Prahara. Jakarta : KPG
Herlina, Nina. 2008. Metode Sejarah. Bandung : Satya Historika
Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi